DPR Desak Optimalkan Lalu Lintas Arus Balik Lebaran 2025
Jakarta – Anggota Komisi V DPR RI, Lola Amaria, menyoroti pentingnya optimalisasi rekayasa lalu lintas guna menghadapi lonjakan kendaraan pada masa arus balik Lebaran 2025. Menurutnya, pengaturan lalu lintas yang adaptif dan mampu merespons dinamika volume kendaraan secara real time menjadi kunci dalam mengurangi kemacetan serta mencegah terjadinya kecelakaan di jalur-jalur utama.
DPR Desak Optimalkan Lalu Lintas Arus Balik Lebaran 2025
Lola mengingatkan bahwa periode arus balik seringkali menimbulkan kepadatan lalu lintas luar biasa, terutama di jalur tol Trans Jawa, jalur Pantura, serta lintasan-lintasan alternatif yang dipilih pemudik untuk kembali ke kota asal. “Rekayasa lalu lintas tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Harus ada koordinasi yang rapi antara Kemenhub, kepolisian, dan pengelola jalan tol agar strategi yang diterapkan bisa menyesuaikan kondisi di lapangan secara cepat,” ujarnya saat ditemui di Gedung DPR, Senin (31/3).
Pentingnya Sistem yang Fleksibel
Menurut Lola, sistem pengaturan lalu lintas tidak boleh bersifat kaku atau hanya mengandalkan jadwal tertentu. Ia menegaskan pentingnya penggunaan teknologi dan pemantauan situasi lalu lintas secara digital untuk mengetahui titik-titik rawan kemacetan. Dengan begitu, kebijakan seperti one way, contraflow, atau pembukaan jalur alternatif bisa diambil tepat waktu dan sesuai kebutuhan.
“Kita butuh sistem yang fleksibel dan berbasis data. Jangan sampai masyarakat dirugikan hanya karena lambatnya pengambilan keputusan di lapangan,” katanya. Ia juga mendorong penggunaan aplikasi berbasis peta digital serta media sosial sebagai sarana penyebaran informasi lalu lintas secara real time kepada masyarakat.
Antisipasi Titik Macet dan Perbanyak Rest Area
Lola juga menyoroti pentingnya pengawasan terhadap titik-titik rawan kemacetan yang kerap muncul setiap musim mudik dan balik. Ia mencontohkan beberapa ruas seperti Tol Cipali, Cikampek, hingga perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sering mengalami antrean panjang.
“Evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya harus dijadikan dasar dalam penentuan titik pengamanan dan strategi pengurai kemacetan,” ujar Lola. Selain itu, ia menyarankan agar jumlah rest area ditambah dan ditingkatkan pelayanannya agar pemudik bisa beristirahat dengan nyaman.
“Pemudik yang lelah dan memaksakan diri melanjutkan perjalanan bisa menimbulkan risiko kecelakaan. Maka, rest area yang layak dan memadai sangat krusial,” lanjutnya.
Koordinasi Lintas Instansi Harus Ditingkatkan
Koordinasi antarinstansi terkait menjadi elemen krusial yang menurut Lola masih perlu ditingkatkan. Ia mengingatkan agar Kementerian Perhubungan, Korlantas Polri, dan pengelola infrastruktur jalan bisa saling berbagi data dan merancang skenario sejak jauh hari.
“Jangan saling menunggu. Setiap instansi harus punya peran yang aktif dalam menyukseskan arus balik tahun ini. Kita punya tanggung jawab besar untuk menjamin keselamatan masyarakat yang sedang pulang ke tempat kerja dan aktivitas rutin,” ucapnya.
Teknologi dan Partisipasi Masyarakat
Lola turut mendorong pemanfaatan teknologi seperti CCTV jalan tol, drone pengintai lalu lintas, serta dashboard pemantauan digital guna membantu pengambilan keputusan cepat di lapangan.
Ia juga mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dengan mematuhi arahan petugas di lapangan dan mengikuti informasi resmi dari sumber terpercaya. “Keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan pengguna jalan,” katanya.
Penutup
Dengan volume kendaraan yang diprediksi akan meningkat drastis pasca libur Lebaran 2025, penanganan arus balik harus menjadi perhatian serius semua pihak. Optimalisasi rekayasa lalu lintas, peningkatan layanan rest area, pemanfaatan teknologi digital, dan koordinasi lintas sektor adalah langkah strategis yang harus diambil sejak dini.
Lola Amaria menegaskan, keberhasilan pengaturan arus balik tak hanya sekadar soal kelancaran perjalanan, tetapi juga menyangkut keselamatan jiwa para pemudik. Oleh karena itu, pemerintah diminta tidak menunda-nunda perencanaan, dan segera bertindak dengan pendekatan yang adaptif dan responsif.